Oct 20, 2006

Maaf-Maafan di Lebaran 1427 H

mohon maaf lahir dan batin.

semoga tulisan-tulisan saya selama ini memberikan input positif bagi saya sendiri dan seluruh pengunjung dan pembaca setia saya.

jika ada salah kata, atau hal-hal yang menyakitkan hati, sekiranya dimengerti bahwa manusia adalah sumber dari segala alpa, dan daya pikir saya sebagai manusia biasa terbentur pada sisi-sisi emosi, lingkungan, pengetahuan yang terbatas, dan parameter-parameter yang kurang luas, sekali lagi mohon wadah apresiasi alam pikir saya ini dimengerti keterwujudannya.

selamat lebaran 1427 h!

Oct 18, 2006

puasa, hanya menahan lapar dan haus kah?

Di waktu kecil, sepertinya syarat puasa adalah nggak makan dan minum sejak subuh hingga bedug maghrib tiba. tentu saja dengan syarat-syarat lain yang sangat mudah dimengerti, nggak boleh nangis, nggak boleh nakal ama temen, nggak boleh marah-marah. sangat mudah tapi dulu nggak ngerti kenapa. ya pokoknya begitu.

setelah dewasa, seharusnya manusia yang dianugerahi akal sehat dan hati yang bersih dapat mengambil nilai dari puasa. tidak hanya "tidak-boleh"2 di masa kecil itu, tapi segala sesuatu beyond that. mengapa nggak boleh makan? mengapa nggak boleh minum? dan tidak boleh marah2 dan lain-lain.

makan dan minum adalah wujud nafsu manusia yang paling nyata, dan mungkin bagi sebagian manusia sangat sulit untuk mengendalikannya. itulah kenapa hal yang paling mendasar adalah tidak boleh makan dan minum. mengapa tidak sekalian ngak boleh bernapas? karena bernapas itu syarat hidup, nggak perlu nafsu untuk menghirupnya. dan akan mati setelah lebih dari 10 menit menahan napas. tapi untuk makan dan minum dari subuh ke maghrib nggak akan membuat manusia meninggal karena kelaparan dan kehausan.

nafsu yang lain mungkin sudah lebih jelas, dan dari keseluruhan larangan2 puasa adalah menuju ke satu hal, pengendalian diri. menahan untuk melakukan sesuatu yang bisa dilakukan di waktu yang seharusnya, menahan untuk tidak melakukan sesuatu yang seharusnya memang tidak boleh dilakukan.

sayang ramadhan segera berakhir...

Oct 17, 2006

maen rumah-rumahan

inget nggak waktu kecil kita pernah maen rumah-rumahan? maen ibu-ibuan. ada yang jadi bapaknya, ada yang jadi ibunya dan jadi anak. dan permainan itu dilakukan seperti yang anak-anak itu lihat di kehidupan orang tuanya di keseharian.

"bapak berangkat ke kantor dulu ya bu"
"bapak sarapan dulu tuh sudah ibu siapkan"
"bapak, anter adek ke sekolah ya, ibu minta uang saku dong"

permainan itu dengan skenario otomatis yang kadang-kadang diubah oleh beberapa pemainnya, dan jarang ada yang kompalin dan semuanya mengikuti skenario yang dibuat itu. walaupun nggak ada ending yang jelas, semua menghayati peran masing-masing.

saat ini ada the sim, game yang membuat kita berhayal dan men-create sebuah keluarga. sepertinya imaginasi anak-anak memang wonderland yang menyenangkan sepanjang masa...

Oct 16, 2006

buka puasa di pinggir jalan sabang, selayang pandang

enak juga ternyata ngabuburit sambil liat penjual kolak dan es campur melayani pembeli, sambil duduk di pinggir jalan sabang yang penuh denganmakanan dan orang lalu lalang yang nyari tajil dan makan pembuka puasa. asap dimana-mana nggakngaruh, karena suasana di sepanjang jalan itu semuanya serba menunggu bedug maghrib.

tetep aja tukang ngamen datang dan pergi satu per satu tanpa menghiraukan kita itu lg nongkrong atau sudah makan. begitu juga dengan anak2 perempuan kecil2 berkeruding dan bawa amplop lusuh minta sumbangan. dan juga anak2 kecil yang cuma tepuk2 dan minta duit buat makan, lha orang tua mereka apa nggak nyari makan?

beberapa orang membeli makanan, kolak, es campur dan dibungkus untuk dibawa pulang, dengan mata dan cleguk tanda menahan haus dan lapar mereka memandang sendokan kolak ke dalam gelas... waduh masih 5 menit lagi hehe... gk kerasa sih sebenernya...

tepat suara adzan terdengar, diperkuat dengan radio kecil punya si ibu penjual kolak bersuara adzan, sambil ibu itu menunjuk radio dan berkata pada kita yang sedang duduk di depan mangkok berisi kolak tape, pisang dan biji salak... sllurppp...

alhamdulilah, kita berbuka puasa...

tak ada parcel untuk orang kecil

dimana-mana parcel itu diberikan untuk rekanan kerja, untuk orang yang dihormati, untuk orang yang diharapkan melakukan sesuatu setelah diberi parcel, dan lain-lainnya lah jarang banget bahkan nggak ada parcel untuk fakir miskin.

sangat kontradiktif dengan larangan pemberian parcel kepada para pegawai pemerintah yang mematikan bisnis parcel yang selama ini sudah digeluti oleh beberapa pihak (termasuk orang kecil), dimana seorang tokoh masyarakat bilang bahwa larangan pemberian parcel ini adalah untuk menyalurkan bahwa parcel itu sebaiknya diberikan kepada fakir miskin dan lain-lain yang jelas-jelas kekurangan.

jelas beda dong konteksnya parcel dengan sedekah. emang betul bahwa dana yangs edemikian besar itu sebaiknya diubah-bentukkan menjadi sedekah yang dapat dinikmati oleh fakir miskin dan yang sangat memerlukan lainnya. tapi tujuan dari pengiriman parcel itu sendiri kan nggak jadi mengena?

dengan memberikan sedekah sebagai pengganti parcel apakah networking dgn para mitra kerja akan tetap terjaga? apakah dengan memberikan sedekah sebagai pengganti parcel akan membuat kita dihargai sebagai perusahaan yang se-level dengan perusahaan rekanan kita itu? apakah dengan memberikan sedekah sebagai pengganti parcel akan membuat perusahaan kita diingat oleh mitra kerja kita? ah sulit ya seperti ayam dan anak ayam, dua dua nya ayam dan berasal dari anak ayam dan akan jadi ayam dewasa nantinya.

Oct 6, 2006

kartu kredit = konsumtif ?

Saya tidak melihat korelasi yang jelas antara kartu kredit dan derajat konsumerisme (bagi para wanita) mungkin karena saya nggak terlalu wanita? bisa jadi. bagi pemilik 10 kartu kredit, dan benar-benar menggunakannya dan memang mampu untuk membayar tagihannya, dia menganggap dirinya bukan konsumer, karena dia membeli sesuatu dengan kartu kerditnya untuk hal-hal yang memang dia butuhkan. Semisal, dia adalah seorang eksekutif yang membutuhkan setelan bagus dan mahal untuk tampil bagus di depan direktur-direktur perusaahaan mitra nya. ya make sense lah kalo dia beli setelah seharga sejuta dua ratus dengan menggesek kartu kredirnya.

mengapa dia punya 10 kartu kredit? "saya mampu membayar semua tagihannya dan iuran tahunannya" jawabnya. so? bukan konsumer kan? dan pasti dia tau bagaimana konsekuensi dari keterlambatan bayar atau bahkan kelalaian membayar tagihan. salah satu alasan kenapa dia memiliki banyak artu kredit adalah,"saya sering mengajak clients saya untuk makan siang di restoran A, dan seringnya hampir tiap minggu saya makan disana, jadi saya memiliki kartu kredit bank B supaya dapet fasilitas diskon 10% dari restoran tersebut, itung-itung 10% dari selama saya makan setahun sudah lebih dari iuran tahunan kartu kredit tersebut".

jadi, dengan menggunakan kartu kredit secara bijak dan nggak besar pasak daripada tiang, nggak ada negatifnya memiliki banyak kartu kredit.

berhutang

siapa di dunia ini yang nggak pernah berhutang? mungkin sedikit ya yan benar-benar tidak pernah meminjam ke orang lain. apalagi saya yang punya beberapa kartu kredit, yang kalo nggak dipake, sayang banget, fasilitasnya nggak kepake. konsumtif? tunggu dulu, itu bukan konsumtif, kita bahas di lain posting ya mengenai hal ini.

mungkin sebagian orang merasa meminjam, kita pake kata meminjam aja ya yang lebih enak kedengerannya di telinga, adalah hal yang sangat wajar, apalagi ke seorang teman, teman baik pula. dan meminjam adalah hal yang lumrah jika seorang teman kesusahan dan teman lainnya kelebihan. bagi peminjam, melihat profile seorang teman yang tak pernah mengalami kesulitan finansial bisa jadi melihat tambang emas yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan jika keadaan kepepet.

sebagai intermezo, si kokom pernah bilang ke saya, "re... kom kerja di re terus aje ye". trus saya nanya,"nape emang kok seneng banget kerja di gw, padahal cucian gw bejibun, secara gw ganti baju perhari 2 setel, lom lagi kalo ari minggu gw kondangan, ade brape stel tuh". kokom berkata, "kagak nape deh, kom seneng kok kerja di rere, pan kerja di rere serasa punya ATM". gw langsung berkunang-kunang....

kembali ke urusan meminjam, mungkin ada di sebagian kita yang sulit untuk berkata tidak. "ya gimana ya... gw gak tega, dia bener-bener butuh buat makan", atau "gw gak tega gak ngasih, palagi dia tau gw emang lagi dapet banyak rejeki". dan itu bener-bener terjadi. ada juga orang yang minjem maksa, ngajak ke atm dan minta diambilin dua lembar seratusan, karena temen lama dan sebelom-sebelomnya juga mau aja kalo dimintain pinjem.

mungkin benar sebagian orang bilang,"ya sudah kalo emang begitu keadaannya, ikhlaskan aja, toh percuma mo ngedumel dari sahur sampe buka, tetep aja dia nggak akan inget bayar utangnya kan?"

THR 2x gaji?

Hal ini sangat mengganggu puasa ramadhan kali ini. dimana tukang cuci meminta thr yang lebih dari tahun-tahun sebelumnya. diantara sisi profesional dan sisi kemanusiaan, hal ini menjadi dilema yang cukup bikin bete hari-hari berpuasa ini.

diantara ingin memberikan sebagian rejeki ke dia, diantara kebiasaan dia dan mungkin kebanyakan pembantu lain yang dikasih dua minta tiga, dikasih tiga minta selusin. kadang kala serba susah apa harus diikuti keinginan dia itu atau kita tetep straight dengan aturan yang sudah sesuai perjanjian dulu.

fenomena sinetron RELIGI

pernah seharian di rumah bersantai menunggu buka puasa, tanpa nongkrong di toko buku, tanpa shopping, tanpa nonton. apa yang didapat dari televisi terestrial indonesia? dari pagi hingga malam tersebar berbagai sinetron religi dari segala segmen, baik segmen anak-anak, remaja/SMP/SMA hingga keluarga. dari segala cerita, mulai dari cerita tentang ahlak, maupun ada juga cerita yang rada-rada horor (ala hidayah).

baguskah? ada memang sinetron yang berkualitas, yang benar2 memberikan asupan bagus untuk jiwa, yang memberikan tauladan untuk kehidupan sehari-hari. tapi sayangnya masih banyak sinetron yang mengutamakan kekerasan, misal dari ibu ke anak, atau anak ke orang tuanya. apakah ini bagus? ilustrasi memang perlu untuk memberikan contoh baik maupun buruk. tapi sebaiknya ilustrasi itu cukup bijaksana, bukan malah memberikan efek balik yang malah sebaliknya.

berhenti merokok karena larangan pemerintah?

Semakin maraknya implementasi perda tentang larangan merokok di area-area cozy di Jakarta, maupun area-area umum di seputar kota jakarta, apakah akan mengurangi jumlah perokok dan penjualan rokok?

TENTU TIDAK. Seperti sebuah artikel yang saya baca di majalah SOAP edisi september 2006, penulis mengatakan bahwa tidak ada perokok yang berhenti merokok gara-gara diberlakukannya perda sialan itu. kenapa sialan? karena nggak itung2 ngelarangnya, semua tempat dilarang padahal tempat tersebut jelas2 telah menyediakan area merokok. entah kenapa. dan akhirnya saat ini sedikit demi sedikit sudah mulai banyak area yg sebelumnya memasang larangan merokok, dan akhirnya membuka tempat khusus untuk perokok.

tujuan perda ini memang untuk memberikan area bebas asap rokok yg lebih luas untuk para non perokok. bukan untuk menurunkan jumlah perokok maupun menurunkan omset rokok. bukan.

10 hari kedua di ramadhan, SEPI

Beda dengan awal ramadhan, dimana setelah magrib, banyak masyarakat berbondong-bongong ke mesjid menenteng mukena maupun memanggul sajadah. Anak-anak kecil berlarian tanpa peduli orang-orang yang sedang jalan menuju mesjid, bercanda saling tarik menarik sarung atau saling melepas peci. Becanda melulu dan sedikit rada kelewatan bisingnya.

Di awal ramadan, sepertinya semua orang ke mesjid, semua shaf terisi bahkan sampai di sayap kiri dan kanan mesjid yang nggak kebagian karpet, penuh. Walo tetep juga anak-anak berlarian dan menunggu alfatihah dikumandangkan imam, baru mereka berhenti dan ikut sholat.

Dan seperti tahun-tahun terakhir, 10 hari kedua jumlah jamaah taraweh menurun. sepi, dan anak-anak nggak berani berkejar-kejaran karena sudah ada petugas mesjid yang melototin mereka dan ber-sst-sst, jika anak-anak itu ketahuan ribut atau iseng.