Nov 6, 2011

Dulu konten digadang2, lama2 cuma wacana, kini komunitas digadang2, lama2 apa?

Komunitas beda dengan konten. Kalau konten diutamakan, dijadikan kendaraan, selalu disebut-sebut di berbagai forum, lalu kemudian tak ada tindak lanjut yang signifikan, tidak terlalu berpengaruh efeknya. Paling-paling tidak ROI, dan trauma dalam menggelontorkan biaya marketing dan promosi konten.

Namun Komunitas tidak akan seperti itu. Komunitas adalah sekumpulan benak pikiran yang masing-masing bisa membaca, menyerap dan menyimpulkan apa-apa informasi dan experience yang mereka dapatkan.

Perlu kehati-hatian dalam membawa pemahaman komunitas dan komunitasnya sendiri dalam tata kelola bisnis produk. Komunitas selalu memberi respon, dan respon itulah yg harus kita drive.

Dan kita tidak bisa lalu kemudian tak melakukan apapun terhadap komunitas yang kita gadang-gadang tadi. Its suicide.
regards,

Regina Lenggo

Sent from my TORCH Blackberry®

Aug 3, 2011

KONTRIBUSI

Sesungguhnya kata kontribusi mengandung makna yang saling mendukung, sangat positif. Memberikan kontribusi, memberi sesuatu yang lebih, ikut mendukung proses penciptaan, ikut urun rembug.

tidak ada yang namanya KONTRIBUSI negatif, jika ada pasangan kata itu, maka itu hanya oxymoron sebagai ungkapan sesuatu yang berbeda dari kontribusi itu sendiri.

Dikala seseorang memberikan KONTRIBUSI-nya, merupakan sesuatu yang pasti bahwa dia melakukan sesuatu untuk sesuatu. Diperlukan alat ukur yang konsisten dalam memastikan seberapa besar KONTRIBUSI yang diberikan, namun seharusnya alat ukur itu adalah alat yang sama untuk mengukur KONTRIBUSI pihak lain dan hasilnya nyata untuk dibandingkan.

Juga skala konsistensi dari alat ukur KONTRIBUSI tersebut, apakah yang diukur adalah parameter A tanpa B, dan sampai akhir periode tetap yang diukur adalah parameter A walaupun bagaimanapun kondisi parameter B.

menjadi sesuatu yang mubazir jika nilai KONTRIBUSI seseorang hanya diberikan atas dasar informasi luar yang tidak tau apakah parameter alat ukur yang sudah disebutkan di atas tadi. Yang terjadi adalah ambiguitas nilai, ketidakjelasan konsep KONTRIBUSI dan tidak adanya konsistensi penilaian KONTRIBUSI tersebut.

hidup KONTRIBUSI!

Jun 11, 2011

perjuangan tanpa henti, godaan tidak pernah mati


Pencapaian demi pencapaian sudah terlewati, terbukti bahwa fokus dan sedikit tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak penting adalah modal utama menuju tercapainya keinginan.

Banyak sahabat yang sudah menyampaikan bahwa terlalu peduli dan terlalu baik kepada semua hal akan menjadi bumerang. Wasting energy, vektor yg tidak searah, akan membuat energi yang keluar akan sia-sia.

Karena itu beberapa waktu terakhir aku sedikit berubah menjadi orang yang berbeda, agak pelit, sedikit judes, makin bandel, kadang tidak mendengarkan sebagian pihak, namun di area tertentu aku keukeuh, maju terus, cari celah, cari dukungan.

Dan alhamdulillah, apa-apa yang direncanakan mulai sedikit demi sedikit terwujud. Hal ini membuatku selalu belajar tentang sebab akibat kenapa sesuatu terjadi, dan apa yang akan terjadi. Hal penting buat hidup.

Namun Tuhan Maha Adil, Dia tidak akan diam saja, melihat kita bahagia akan pencapaian, Dia akan memberikan tes. Bermacam-macam tes yang diberikan-Nya, semisal komentar negatif, rumor tidak penting, bahkan sampai aksi-aksi yang langsung datang yang kadangkala jika kita lupa, membuat kita emosi dan justru terhanyut ke hal negatif itu.

Jadi, setiap jengkal pencapaian, selalulah kembali ingat pada Tuhan. Ini semua datang dari-Nya. Alhamdulillah.

Feb 26, 2011

Kerjasama Marketing yang saling menguntungkan antara Hypermart dan Harian Kompas


Sudah beberapa kali Harian Kompas memberikan potongan sebagian halamannya sebagai voucher diskon belanja di Hypermart sebesar Rp 50.000,-. Walau dengan syarat belanja minimal Rp 300.000,- potongan itu hampir 20%. Angka yang lumayan untuk pembelanjaan per 300.000 an.

Dan seperti yang direncanakan, pengguna voucher ini membludak, terbukti di berbagai Hypermart pada hari penukaran voucher tersebut selalu terjadi antrian di kasir, dan kebanyakan mereka membawa voucher guntingan Harian Kompas tersebut. Bahkan tidak cuma selembar, ada yang beberapa lembar, artinya dia belanja sejumlah lembaran voucher yang diterima kali rp 300.000,-

Selain itu apa yang terjadi? penjual koran membawa segepok potongan iklan tersebut dan dijual kepada pengunjung hypertmart. Ada yang beli? jelas ada. Tidak semua orang baca kompas, tapi bagi pengunjung hypermart, potongan voucher itu sangat berarti walau harus menebus rp 5.000,- per lembar voucher (dibanding harga harian kompas yang cuma rp 3 ribu sekian) dia tetap mendapat diskon rp 45.000,- yang masih lumayan.

Penjual koran tersebut menyisakan setumpuk harian kompas tanggal tersebut dimana ada potongan voucher yang sudah digunting dan dijual, dand ia mendapat untung selisih harga voucher dan harga kulak koran. Pasti itu adalah sesuatu yang menyenangkan buat si penjual koran. Sampai kadang dia kehabisan dan menelpon agen lain atau sesama penjual koran untuk mengirim koran yang tak terjual ke hypermart tempat dia mangkal.

Harian Kompas? pastinya oplah Harian Kompas pada saat ada voucher meningkat, walau entah korannya dibaca atau menumpuk di suatu tempat, dengan bolong di bagian voucher hypermart. Tidak dibaca. Tapi oplah naik. Yang penting koran dibeli. :). sebuah langkah yang bagus dimana mulai terjadi penurunan minat baca secara kertas, karena pembaca sudah mulai beralih ke koran digital.

Hypermart sendiri? pertama dia bisa pasang iklan di Hatian Kompas, dan dari periode diskon sebelumnya pasti ada word of mouth tentang voucher di koran ini, sehingga iklan hypermart selalu ditunggu ibu-ibu. Kedua, kastemer pengguna voucher pasti belanja minimal rp 300.000,- dimana angka itu pasti angka psikologis yang sudah punya makna tertentu di hitungan analisa cashflow hypermart.

hmmm... sebuah kerjasama yang saling menguatkan dan menguntungkan.

Feb 22, 2011

Facebook: add friend nggak?


Di awal-awal punya akun facebook, aku meng-add semua teman-teman yang aku kenal, entah dia mau berteman ama aku atau nggak ya suka-suka mereka meng-approve atau tidak. Dan alhasil banyak yg approve, dan aku bisa lihat friendlisnya dan aku add juga mereka, dan sebagian besar approve. Mungkin karena profile picture ku menarik dan menantang kali ya ha ha ha. kidding.

Dan waktu berjalan, kegiatan meng-add selalu berlanjut dan ditambah lagi meng-add public figure termasuk artis. Sebagian meng-approve dan akhirnya aku juga di add oleh temen-temen si public figure dan artis tersebut. Dan kemudian aku join ke group-group diskusi di facebook, dan sedikit-sedikit aktif disana, dan akhirnya di-add juga oleh teman-teman baru. Yah begitulah kenapa aku punya 2000an teman di facebook.

Dan aktiflah aku di Facebook dengan sedemikian seringnya update status, upload foto, bikin notes dll, dan pastinya sebagian dari itu semua mengundang kontroversi sebagian temen-temen ku yg membacanya.

Jadilah jumlah teman-teman FB naik turun, kadang nambah kadang ilang beberapa. Karena sebagian mereka yg pernah jadi temanku sebelumnya muncul di: "people you may know".

Loh kok "People you may know?", ofcourse I know those people, but they're leaving. Should I add them again now? wait... why did they leave me? Pasti ada sesuatu dong, entah mereka gak suka aku, gak suka status-statusku atau tulisanku yang kadang kontroversial.

So sekarang bukan waktunya lagi meng-add "people you may know", coz I know already them. hi hi hi. Anf ofcourse they know me already also.

Feb 21, 2011

Jangan Nulis Blog atau Status FB segala!


"gak usah nulis2 blog atau di status FB begini"

Beberapa kali aku bertemu dengan orang seperti itu di dunia internet ini. Jaman berubah, pola orang berpendapat juga berubah. Bagi yang mengikuti perkembangan jaman pasti tidak akan kaget dan mau berbaur dengan teknologi, contohnya ya menggunakan teknologi untuk berpendapat, walau pada akhirnya tidak bisa dihindari benturan-benturan dengan pihak yang resistif.

Di masa sebelum online networking dan social media ada, statement yang disampaikan seseorang hanya seputaran area dimana dia berbicara, atau paling tida di-spread oleh media yang belum tentu mau men-spread semua berita. Hanya berita terpilih saja sehingga informasi mudah di-drive.

Namun tidak saat ini, semua bisa berbicara dan bisa didengar oleh siapa saja atau bahkan didengar oleh semuanya karena banyak repeater atau forwarder yang tidak perlu menunggu perintah atau bayaran untuk me-re-spread, me-repeat dan mem-forward statement-statement, apalagi statement yang mewakili opini banyak orang.

Sehingga kerap benturan itu terjadi karena masih banyak dari kita yang tidak mau mengikuti perkembagan teknologi atau memang mengisolasi diri dari teknologi baru tersebut. Mereka menganggap tabu jika seseorang mengumbar kata-kata di media sosial. Mereka tidak menyadari bahwa teknologi jauh lebih cepat berlari dan mereka tertinggal jauh, semakin jauh.

FIlm Impor sudah tidak ada lagi?


Bagi masyarakat awam, sangat sulit untuk menerima kondisi bahwa film impor tidak akan bisa dinikmati lagi di bioskop-bioskop Indonesia karena pemerintah Indonesia membebani lagi dengan pajak baru.

Apalagi kondisi rakyat yang masih trauma akan kasus-kasus korupsi dan penyalahgunaan yang terjadi di sistem pemerintahan serta perpajakan di Indonesia ini.

Setiap penonton bioskop dengan sadar bahwa tiket yang dibelinya sudah tercakup pajak yang pasti akan masuk ke kantong pemerintah. Namun itu mungkin belum cukup sehingga pemerintah menambah kembali pajak masuk untuk film-film impor tersebut.

Alih-alih untuk meningkatkan kualitas film Nasional, tetap saja tidak ada langkah nyata untuk menghidupkan industri perfilman kita. Apakah dengan membuat film impor membayar lebih pajak ke pemerintah, lalu terjadi peningkatan kualitas film lokal? tentu saja tidak. Kualitas film nasional tidak ada hubungannya dengan pembebanan pajak kepada film impor tersebut. karena film nasional juga mendapatkan nasib yang sama, bayar pajak juga.

Feb 2, 2011

Merambah bisnis tv dan film/video


Bisnis televisi adalah bisnis media, dimana kita menjadi media dari sumber informasi ke pemirsa. Apakah informasi itu? Tentunya segala sesuatu yang diinginkan masyarakat. Dengan menyampaikan sesuatu yang diinginkan, maka televisi akan dilihat. Dan informasi itu worthed.

Namun apa yang terjadi, keinginan masyarakat bisa dibentuk, dibikin ada, masyarakat dibuat ingin tah informasi itu. Jadilah apa yang disebut dengan pembentukan demand. Bisa berupa issue, tren, atau injeksi informasi yang terus menerus dan dipaparkan sesering mungkin ke masyarakat, sehingga menimbulkan:
- word of mouth
- gelombang euphoria, gengsi jika belum tahu
- menunggu-nunggu kelanjutannya

Ide pebentukan demand inilah yang memerlukan sekelompok manusia-manusia kreatif yang sangat mengerti bagaimana alam bawah sadar manusia bisa menyukai sesuatu, ingin tahu sesuatu dan terangsang oleh informasi yang cuma secuil.

Disini market bisa terbentuk asal effort dilakukan sesuai dengan target audience yang tepat dan memberikan efek domino. Misalkan sesuatu yang disukai oleh siswa-siswi sekolah dan kemudian menjadi isu pendidikan dan akhirnya menjadikan hal tersebut diinginkan oleh banyak sekolah. Dan hal ini sudah dilakukan sejak dulu jaman jaya-jayanya TVRI, yaitu cerdas cermat. Waktu itu (dan juga tvri masih sendirian) semua sekolah berlomba untu mengikutkan murid-murid andalannya ke acara tersebut. Mungkin sekarang semacam idol, audisi dll.

Tren bisa dibangun, tapi dibangun oleh orang yang mendalami, bukan hanya karena selalu menonton film tiap weekend langsung bisa menilai apakah sebuah film atau tayangan akan booming atau tidak.

Jan 30, 2011

Nggak Nyangka


Kehidupan pernikahan kawan-kawan seangkatanku sudah menginjak lewat 10 tahun, kebanyakan. Dan selama inim sejak masa kuliah hingga saat ini sangat banyak yang terjadi. Mulai dari perceraian pertama yang terjadi, perselingkuhan, poligami, pernikahan kedua dst.

Perceraian selalu menjadi berita heboh yang sering diperbincangkan. Karena multiversi masalah yang terjadi sehingga membuat hal-hal tersebut dan yang terkait selalu tidak lalai untuk dibicarakan.

Yang sering terlontar adalah komentar: "nggak nyangka ya, nggak kelihatan", "pandai banget menutup-nutupi permasalahannya", "kuat sekali dia memendam sakit hatinya selama ini", "akhirnya nyerah juga dia".

Permasalahan rumah tangga memang bukan untuk konsumsi khalayak ramai, sehingga wajarlah jika sebagian pasangan tidak memperlihatkan ada masalah diantara mereka. Tiba-tiba cerai aja dan yang lain-lain terhenyak takjub.

Jan 27, 2011

menjadi asisten pribadi


Enak ya bisa menjadi asisten pribadi seorang somebody, apalagi somebody itu pejabat, berpengaruh, dan pintar pula. Kita menjadi orang terdekat dia, segala sesuatu yang dialakukan dan akan lakukan kita mengetahuinya. Bahkan pemikiran-pemikiran dia, kita dulu yang menuangkannya dalam powerpoint ataupun bahkan tulisan.

Selain itu kita menjadi seperti bayangan dia, jika dia berprestasi, sukses dalam hal tertentu, disorot media, sedikit banyak sang asisten juga diperhitungkan. Apalagi sekarang, media sangat haus akan berita. Seorang tokoh pasti dibahas habis-habisan luar-dalam-depan-belakang-atas-bawah. Kemungkinan besar asisten tersebut juga tersenggol media untuk alat mengkorek hidden story dari atasannya.

Bahkan mungkin dia akan menyerap ilmu atasannya tersebut dan dalam beberapa kasus dia akan menjadi lebih mumpuni karena sudah ada modal roadmap yang ada, tinggal dikembangan sesuai kreatifitas yag bersangkutan.

Beda ceritanya jika yang terjadi adalah hal buruk yang dialami oleh sang atasan. Pasti repot sekali menjadi asistennya. Repot cuci piring dan menjadi tameng.

sotoy vs google


Ketemu dengan orang yang sering bilang, "iya memang", "o iya memang begitu", "lha kan emang iya?", "loh kan memang begitu". Males banget gak sih? Atau dia gak pernah bertemu dengan soal cerita?

Menceritakan sesuatu di awal pembicaraan pasti bukan sebuah pemberitahuan ataupun proses memberitahu, namun pasti ada kaitannya dengan informasi selanjutnya. Kadangkala audience kita sudah sotoy duluan menyatakan bahwa dia sudah tau itu. duh.

Sebuah cerita atau informasi jika to the point disampaikan beresiko tidak diterima sesuai dengan sebenarnya hanya karena ke-to-the-point-an tadi. Tapi kadang ya sulit kalo bertemu dengan lawan bicara yang seperti mesin google, they think they know everything.

Kalau sudah begitu? skip deh gak usah ngobrol dengan yang bersangkutan.

Jan 26, 2011

Jagalah Kebersihan Mulut dan Hati Anda


Suatu ketika seseorang bercerita dan berkeluh kesah tentang dirinya yang teraniaya oleh seseorang yang lain. Alkisah dirinya merasa ditipu dan diperdayai oleh seseorang yang lain itu dan dirinya sangat menderita lahir dan batin. Setidaknya itulah yang terlihat pada saat dia bercerita.

Namun anehnya seseorang yang lain itu bersikap biasa-biasa saja seperti tiada yang terjadi dan memperlihatkan bahwa seseorang yang lain itu masih berhubungan baik dengan dirinya yang berkeluh kesah tadi. Thats a clue.

Dan pada kali selanjutnya dirinya kembali tetap memposisikan dirinya sebagai orang yang dianiaya kembali oleh seseorang yang lain tadi, dan seperti tidak pernah terjadi bahwa dia pernah merasa teraniaya oleh seseorang yang lain tadi, apakah arti semua itu? hobi dianiaya? suka diperdayai? terlahir untuk menderita?

So please dude... bagus jika anda menjadi pendengar yang baik bagi lingkungan anda, tapi better kita pasang filter, curhatan yang mana yang worthed untuk diproses, dan curhatan yang mana yang patut kita anggap sebagai ring back tone gratisan yang dipaksa untuk reg.

Jan 25, 2011

Menghadapi kewibawaan semu


Pernah nggak suatu ketika kamu menemui seseorang, dan kamu langsung tak bisa berkutik di depannya? segala sesuatu yang akan meluncur dari mulutmu yang sudah kau atur dan tata rapi satu per satu di otakmu tiba-tiba hancur berkeping-keping tanpa satu remahan pun yang terlontar?

Padahal setelah meninggalkan orang tersebut kamu akan memaki-maki dirimu sendiri, kenapa tak bisa, kenapa tak kuasa, kenapa tak berdaya untuk memuntahkan ungkapan dan pidato yang sudah tersusun sedemiian rapinya? Dan kamu sangat tahu bahwa dia, yang kau temui tadi sebenarnya tak ada apa-apanya, dan tidak seperti yang selalu terbuncah dari mulutnya ketika ia berada di depan khalayak?

Sangat wajar jika kita merasakan hal itu saat bertemu dengan seseorang yang memiliki aura kuat dan serasa mencengkeram kita, tapi itu tak akan membuat kita mengumpat diri sendiri. Jika kita bertemu dengan orang seperti itu, berwibawa dengan murni dari dasar hatinya, kita akan belajar banyak dan seperti berkaca bahwa apa yang akan atau sudah kita sampaikan memang tersendat oleh argumentasi logis dari dia.

Tapi bagaimana jika kita bertemu dengan orang yang seharusnya bukan siapa-siapa namun kita bungkam?

Minta pertolongan hanya kepada Alloh SWT. Bismllahirohmaanirrohiim...

Jan 22, 2011

Skandal dan mafia dimana-mana


Dalam hidup ini, sudah lumrah dan sudah jamak untuk setiap entitasnya bertahan hidup. Survival. Karena salah satu ciri-ciri mahluk hidup adalah bertahan hidup dan berkumpul dengan sesamanya.

Begitu juga dengan kehidupan sosial dan politik, serta dunia bekerja, juga ada yang namanya bertahan dan berkumpul dengan sesama. Bertahan apa? Bertahan supaya tetap eksis, lancar di karir, dan... Ehm aman di financial. Berkumpul? Iya berkumpul dengan sesama kelompok yang satu visi dan satu tujuan. Tujuan untuk bisa lancar tadi.

Sama seperti jika kita mau bergabung dengan sebuah perkumpulan atau geng. Geng motor misalnya. Ada sebuah proses inisiasi yang dilakukan. Sebuah proses yang harus dilalui oleh para calon anggota sebagai bukti bahwa dia berniat teguh untuk bergabung dan tidak main-main serta membuktikan bahwa dia bisa 'dimanfaatkan'. Nah untuk bergabung dengan orang2 atau kelompok yg bervisi sesuatu ini ya harus diinisiasi. Diopspek dulu. Jika lolos, ya sudah, selamat anda bisa bertahan hidup lebih lama lagi, minimal selama kelompok itu eksis dan berkuasa.

Bagaimana jika anda memilih untuk tidak bergabung dengan kelompok tersebut? Apalagi kelompok yang legacy? Anda harus siap-siap tidak terlihat, tidak dipandang, bahkan tidak ada yg tau bahwa anda ada. Walaupun anda menciptakan sesuatu yang sangat keren dan tiada duanya, tidak ada yang peduli.

Karena lingkungan kita tercipta dengan mempedulikan hanya kepada sesuatu yang dilontarkan dari kelompok legacy tersebut, karena mereka bersuara nyaring dan tau how to distract audience's opinion.

Mau yang mana?

regards,

Regina Lenggo

Sent from my ONYX®

Jan 12, 2011

Kembali menulis blog


Sudah sekian lama mulut dan tangan ini terasa dibungkam tiada daya untuk berbicara. Bahkan hanya untuk satu kalimat. Energi itu sedemikian kuatnya sehingga membuatku terdiam sekian lama.

Energi itu harus dilawan dan kini aku berusaha kembali menyemai tulisan dan cerita.

Dan kudapati akhirnya, diam bukanlah segalanya.

regards,

Regina Lenggo

Sent from my ONYX®