Jun 26, 2012

Kau datang seketika

Pagi ini diskusiku mengenai... emm mungkin ini yang dibilang dengan istilah Law of Attraction ya. Like attracts like. Apa yang kau pikirkan dengan fokus, maka hal-hal seperti itulah yang akan datang ke sekitarmu.

Di luar apa yang aku inginkan secara sadar dan aku rencanakan dalam kehidupan dan pekerjaan, ternyata apa yang kita lakukan dengan senang hati dan sesuai passion kita, itulah yang akan meng-attrack, menarik hal-hal sejenis itu untuk mendekatimu.

Musik adalah bagian utama dari pekerjaanku sekarang dan entah mengapa sesuatu dari dalam diri sangat menerima hal itu. Mungkin itu yang dinamakan dengan passion ya? sehingga entah dimana dan kapan, all I thing about is music or anything surround it. Apapun tentang musik dan terkait dengan musik selalu ada di dalam pikiran dan hatiku, dan apa yang terjadi?

Beberapa teman dalam waktu-waktu yang berbeda hadir di keseharian, dan ternyata mereka terkait dengan musik dan sekitarnya, termasuk bisnisnya. Beberapa pekerjaan dan penawaran kerjasama juga muncul tanpa disodori dulu ide dan penawaran.

Jun 25, 2012

Kondom?

Menteri Kesehatan yang baru membuat pernyataan yang menurut sebagian pihak penuh kontroversi. Banyak pihak yang menceritakan kembali statement Menkes adalah sebagai pelegalan sex bebas di kalangan remaja, atau bagi-bagi kondom, padahal...
”Penggunaan kondom adalah upaya kesehatan masyarakat untuk mengurangi dampak buruk (harm reduction), untuk mengurangi kemudaratan setelah anjuran untuk berkata tidak pada hubungan seks pranikah dan di luar nikah tak mempan,” ujarnya. (baca: http://health.kompas.com/read/2012/06/25/08111471/Nafsiah.Mboi.Kondom.dan.Rokok )
Masyarakat kita memang sangat mudah untuk dipanas-panasi, sangat mudah untuk emosi terhadap hal-hal yang mewakili hajat hidup orang banyak. Salah satunya ya sex dan kondom ini.

Banyak pihak yang langsung panas dikala diberitahu pihak lainnya bahwa Menkes bagi-bagi kondom. Jelaslah jika benar begitu adanya, sebuah hal yang absurd untuk dilakukan di Indonesia, dimana masyarakat sangat majemuk, termasuk majemuk dalam pola pikir, ketidaksamaan kedalaman daya nalar dan kualitas pendidikan yang di-enyam.

Kenapa masyarakat kita dengan mudah menterjemahkan sebuah statement yah? jika a maka b dan kemudian diceritakan kembali b ada karena a, padahal belum tentu begitu. Logis nggak sih kalo dibilang nalar masyarakat kita kurang dalem, dan cuma berbekal logika satu ditambah satu sama dengan dua? ada yang salahkah?

Pelajaran bahasa Indonesia yang diberikan di kurikulum pendidikan selama ini seharusnya memberikan bekal kepada anak-anak bangsa untuk dengan benar bagaimana menelan informasi (dengan bahasa Indonesia) dan menyampaikan kembali informasi tersebut (dengan Bahasa Indonesia) supaya tidak mengubah ide dan informasi itu sendiri.

Tapi apa yang terjadi? Bahkan media pun dengan gamblangnya menterjemahkan informasi-informasi tanpa di-re-check kembali kira-kira apa penerimaan masyarakat setelah informasi itu di-reshape dengan bahasa mereka? Ditambah lagi, masyarakat kita seperti api yang langsung membesar ketika disiram bensin.