Beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir ini, menerima curhatan dari beberapa anak buah orang lain tentang pekerjaan yang bertubi-tubi dari atasan mereka. Dan aku tau pasti mereka bukanlah orang pemalas yang gak mau kerja atau pilih2 pekerjaan. Tapi sebenar-benarnya mereka bekerjasesuai order dan kebetulan beberapa order memerlukan resource waktu dan alat kerja yang memadai. Namun mereka dituntut deadline dan kualitas yang dimau si pemberi order.
Dan itu berlangsung terus menerus di lingkungan, dilakukan oleh beberapa orang dari beberapa generasi dan beberapa level jabatan, dan juga dicurhatkan oleh beberapa orang yang berbeda tugas, berbeda lokasi kerja dan berbeda kurun waktu.
Yang aku bikin lega adalah, mereka curhat ke aku, artinya aku (mungkin) bukan dari jenis orang yang mereka curhatakan, sehingga mereka percaya untuk cerita ke aku. Dan itu benar-benar menjadi alat refleksi diri bahwa, aku jangan seperti itu.
Office bullying tidak selalu dalam arti kekerasan, bentakan, atau perlakuan yang tidak menyenangkan. Tetapi juga instruksi, order, suruhan yang tidak masuk akal, bertubi-tubi, semalam harus selesai dengan alat seadanya (pecahan batu ama bambu runcing kali) dan menyuruhnya seperti babu, ini dan itu dan anu, pokoknya begini, dan diulang lagi dan lagi.
Pelaku Office Bullying tidak akan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah dan tidak menyenangkan. Mereka punya prinsip bahwa:
1. Mereka juga melaksanakan tugas, dan punya target
2. Mereka punya bawahan, yang harus mau mengerjakan tugas, kalo gak mau ya silakan resign
3. Mereka juga kerja (belom tentu juga), dan pekerjaan harus di-sharing ke bawahan, dan bawahan harus mengerjakan
4. Mereka sudah memberikan alat kerja, ya harus digunakan sebaik2nya, cari bantuan di internet, cafri bantuan unit lain (tanpa ada bridging antara dia dan unit lain tersebut sehingga harus memelas2 ke unit lain dan ujung2nya dibantu seada2nya juga)
Menjadi salah satu pekerjaan rumah bagian HRD, bahwa ekosistem bekerja saat ini haruslah dibangun sedemikian rupa dan sedewasa mungkin sesuai dengan kondisi sosial saat ini. Masyarakat makin tahu apa dan bagaimana hak dan kewajiban mereka.