mendadak dalam waktu yang nggak begitu lama, beberapa teman tiba-tiba (baru dengar) menjadi duda, atau dalam proses mau menjadi duda. fenomena apakah ini? bukan fenomena apa-apa, karena ya begitulah hidup, ada lahir ada mati, ada kawin ada cerai. tapi kadang2 kok nggak dinyana beberapa teman lingkaran terdekat memutuskan untuk mengunjungi tempat yang aku anggap paling jahanam sedunia, yaitu pengadilan.
ada di antara mereka yang bercurhat, bagaimana ya nanti hidupku setelah menduda? apakah akan semakin bahagia? keputusan untuk menjalani hidup sebagai duda adalah keputusan yang terakhir, setelah segala daya dan upaya sudah dilakukan, ini untuk sebagian kasus, walo ada juga kasus dimana dia emang kepengen menjadi duda supaya bisa bebas, itu lain cerita.
cukup bersyukur juga bahwa sebagian besar dari mereka sangat sadar akan kewajibannya sebagai seorang ayah yang harus menuda sehingga dia tetap harus berekwajiban untuk memberi nafkan untuk anaknya, walo hak perwalian anaknya jatuh ke mantan istrinya. salut, dan turut bahagia kepada para mantan istri yang cukup berbahagia tetap mendapatkan nafkah dari mantan suaminya. sebagai wanita, pandai2lah dalam hal ini, tuntutlah hak itu demi kehidupan yang baik.
walau tetap ada sebagian yang menyatakan putus hubungan sama sekali setelah bercerai, dan nafkah untuk anaknya secukupnya saja sebagai upaya untuk mengambil kembali hak perwalian anak tersebut.
cukup complicated bukan? makanya jangan bercerai. ribet. sampai kapan anda tahan dengan kondisi demikian? kalau memang tidak ada niatan untuk menikah lagi, ya its ok, its good, menjalankan kewajiban yang sedemikian mulia nya. tapi jika menikah lagi dan memiliki tanggung jawab lain di keluarga baru, menjadi sebuah hal yang lebih complicated lagi karena dia harus me-manage nafkah dan membesar2kan hati istri barunya supaya legowo dalam menerima karunia tuhan berupa suami yang sudah tidak lengkap lagi, karena ada hal lain yang tetap harus dia perhatikan selain dia (istrinya).
No comments:
Post a Comment