nggak disangka nggak dinyana, sore ini aku stuck di ohlala cafe di skyline building (stuck kok tempatnya enak banget ya? hehehehe) hujan dan badai mulai dari jam setengah lima hingga jam 7 nggak ada reda2nya. mo pake payung pun percuma, angin kemana2, tetep aja kebasahan. ojeg payung mencekek leher, sekali anter ke bajaj/taxi yg berjarang cuma 10 meter, minta GOCENG!!! anjir... betapa jakarta ini mahal masalah jasa dikala kepepet seperti ini. ojek pun rata2 minta 20rb, hanya dari sini kesitu yg biasanya cuma tiga rebu perak.
dalam sekejap hujan deras dan badai itu, jalan wahid hasyim, sabang dan kebon sirih terendam air hingga mobil sedan gk mau jalan, eman2 mbak, ini mobil baru, claimnya mahal kalo kena banjir, kata sopir taxi.
jakarta ya, duh, ring satu, mit amit, banjir bo dan macet adalah efek standar dikala hujan. bajaj tiba2 menghilang, taxi pun begitu. ojek merajalela, baik ojek payung maupun ojek motor. semua mendefinisikan hujan = duit!
yang namanya macet, perempatan jadi ajang untuk pisuh memisuhi, klakson-mengklaksoni, dan pelotot-mempelototi. dan makin banyak yg sok bisa ngatur lalu lintas demi recehan di dashboard mobil.
jalan jaksa sudah berubah menjadi sungai, dan jalan sabang gak ada kendaraan yang mau lewat kecuali land rover kali ya, bajaj aja pada mogok mesinnya. sampe kapan ibukota republik indonesia seperti ini?
No comments:
Post a Comment