BLT emang bikin suasana jadi mbulet (nggak jelas, bhs jawa). sudah dapat diprediksikan saat pemerintah mo memberlakukan kebijakan pemberian dana BLT ini bagi para masyarakat miskin di indonesia. apa pemerintah nggak belajar bahwa masyarakat indonesia itu selalu mencari keemaptan di mana saja. yang kaya bisa jadi pura2 miskin supaya dapet fasilitas. serakah, dan kemaruk.
akhir2 ini setelah ada rencana pelaksanaan pemberian dana BLT ini mungkin orang2 berlomba2 untuk memiskin2kan dirinya, supaya masuk itungan badan statistik (c.q pak rt/rw?) sehingga masuk itungan untuk memperoleh 3 lembar kertas biru ber barcode, yg nominalnya rp 300 rb SAJA. dan ternyata memang benar...
- banyak yang nggak terdata sebagai orang miskin
- banyak yang tiba2 masuk kategori miskin dan dengan gembira antri utnuk memperoleh rp300rb itu.
- banyak pak RT/RW yang disatronin rumahnya dan diancam karena sebagian penduduk miskin nggak dimasukkan ke dalam hitungan sebagai masyarakat miskin.
- banyak yang malak-in orang2 yg menerima dana BLT, baik dengan alasan untuk memperbaiki jalan, atau untuk dana keamanan, dana transportasi.
nah ini yang terakhir yg gw heran banget. dah jelas2 itu dana BLT untuk subsidi BBM. lah kok dihubung2kan dengan dana keamanan, dana perbaikan jalan. kok kayaknya orang2 kita banyak yg gak suka kalo orang lain nerima kesenangan ya? banyak sekali yang memanfaatkan kondisi orang yang lagi dapet duit untuk mengambil porsi pribadi.
jadi inget TKW yg abru pulang ke indonesia. sama aja. gak ada juntrungannya kok minta dibagi rejeki...
meski kadang sering tak tepat sasaran semoga ini mampu memberikan manfaat abgi yg menerimanya :-)
ReplyDelete"kita itu susah ngeliat orang seneng, dan seneng ngeliat orang susah"... <-- *siswadi tm* :) :) :)
ReplyDeleteMungkin karena jiwa feodal bangsa kita yang masih kuat melekat....
ReplyDelete