Mas samin, seminggu lebih mas gak datang, apa aku salah ngomong waktu itu? Aku kok jadi gak karuan gini. Aku jadi nuntut2 dia. Duh simbok, aku lupa siapa aku...
Masih jelas teringat di benak surti saat dia menangis di kebun ketela belakang rumah saat dia kelas 4 sd.
Sur, bapak ngerti, kamu pengen sekolah. Bapak juga kepengen kamu jadi orang. Bapak juga sakit ati, karena bapak gak punya duit. Kamu Bantu simbokmu aja ya sur? Cah ayu...
Siti, tini, maesaroh, tumi, ningsih, aku kangen kalian, aku kangen kita bikin pr bareng, aku kangen kita pergi sekolah bareng... aku sekarang gak bisa sekolah lagi...
Surti segera menepis ingatan yg sangat dalam membuat cerukan di dalam otak dan hatinya itu. Berusaha kembali menyadari simbok dan bapaknya yang dalam kerentaannya masih mencangkul untuk hidup.
Sur.. ada samin, cepet sana dandan!
Suara ketukan Mbak tin, seorang setengah baya dimana surti bekerja, semakin menyadarkan surti untuk kembali ke kehidupan sekarang. Hatinya bingung bagaimana caranya supaya dia nggak segembira ini, tau samin datang. Duh cinta...
to be continued...
No comments:
Post a Comment