Samin, pria biasa-biasa saja, dengan penghasilan yang biasa-biasa aja. Dia menginginkan wanita lain dalam kehidupannya, kehidupan yg baginya hanya seperti televisi tahun 70an, hitam dan putih.
Gaji yg gk begitu besar, tapi uang perjalanan dia cukup besar untuk berbagi dengan surti, memenuhi pulsa2 yg tiba2 muncul saat dia melihat surti, saat pertama kali samin ditugaskan untuk drop barang ke kota itu, dan berkunjung ke rumah mbak tien, mengusir dingin.
Samin, menjelang 30 tahun dia hidup, 5 tahun menjalin tanggung jawab rumah tangga. Dulah yg sedang lucu2nya, hadir di kehidupannya, tak mampu menggoyahkan keinginannya untuk mencari kehidupan lain di dalam kehidupannya. Bagi samin, sudah cukup jika yantini dan dulah tercukupi segala kebutuhan lahir dan batin, mereka tak perlu tahu tentang kehidupannya yang lain, yang mengisi lorong sepi hatinya gejolak batinnya. Cukup materi yg diberikan samin untuk anak dan istrinya, cukup waktu dan perhatian yg tercurahkan, karena dia menemui surti, di kota yg berbeda, yg tidak bakal menuntut waktu dan materi lebih, yang (dia harap) mengerti bahwa hubungan mereka hanya antar fisik dan kepuasan sesaat.
to be continued...
No comments:
Post a Comment