pernah nggak kamu merasakan bahwa biasanya kamu memberi sesuatu atau seseorang (tepatnya) uang atau sesuatu yang lain dengan sukarela, tapi sering karena berdasarkan rasa setiakawan atau kasihan, tapi suatu ketika menjadi sebuah kewajiban karena menjadi sebuah tagihan dari sesuatu/seseorang tersebut? tanpa kamu sadari kebiasaan (baik) mu itu menjadi sebuah sesuatu beban yang membuat adanya "tagihan" dari sesuatu atau seseorang tersebut? dan menajdi sesuatu yang aneh jika suatu ketika kamu menghentikan kebiasaan memberi tersebut?
alkisah seorang kokom, asisten cuci pakaian ku yang sudah hampir 3 tahun menjadi asisten ku. sebenernya dia nggak bagus2 amat nyucinya, beberapa kali kelunturan, beberapa kali bajuku ancur, dan beberapa kali celana ku ilang (eshol!) tapi karena makin lama dia makin meningkat kompetensinya dan kebaikannya bertambah antara lain dengan memasangkan kancing baju yang sudah longgar, menjahit baju/celana ku yang robek dan memasakkan opor/pempek yg enak, akhirnya aku perpanjang kontrak dengan dia sampai sekarang walau aku dah di apartemen yang jauh dari rumah kokom di jalan jaksa.
dari referensi di atas aku anggap kokom sudah menjadi saudaraku, karena aku kasian ama dia walau dia sangat konsumtip, suka judi (kata ibu kos neh) dan rajin kasbon (duh gusti paringono sabar), aku tetap kasih kerjaan cucian ke dia.
dan karena dia aku anggap sebagai saudara, kadang2 aku traktir dia pecel lele jalan jaksa, senang sekali dia makan pecel lele atau pecel ayam yang nominalnya 7000 an (sebelum kenaikan sembako awal ramadan 2007 ya). dan kadang kala aku kasih uang buat beli es sebesar goceng. apalah arti goceng bagi gw, alhamdulilah, tapi sangat berarti bagi kokom karena bisa buat beli es atau bakso, cukup seneng kalo liat dia nyengir nerima duit goceng itu.
tapi pada suatu masa, kokom minta uang goceng itu.
aku kaget, kok minta sih? biasanya aku yg berinisiatip ngasih, bukan kewajiban.
tapi sekarang kokom minta, malah mintanya rada maksa. wah dipalak neh gw!
sampe suatu ketika akhirnya aku bentak dia!
sebenarnya bagiku gak ada artinya uang goceng itu, sekali lagi alhamdulilah.
tapi jika goceng itu makin hari menjadi kewajiban... OMIGOD!
i cant stand it anymore...
dan ternyata di duniaku, banyak sekali spesies kokom... kenapa aku dilingkupi oleh kokom-kokom itu? bagaikan zombie...
apa aku kurang sedekah?
iya kali ya...
No comments:
Post a Comment