Sudah beberapa tahun terakhir ini kondisi Indonesia dalam hal pembagian zakat, kurban, sedekah dan lain-lain, kondisi pengantrinya sangat melimpah dan berdesak2an sehingga timbul korban. Baik korban lemas terinjak2, terluka bahkan meninggal dunia.
Baru saja terjadi lagi, antrian daging kurban. Beberapa tahun yang lalu jarang terdengar kondisi seperti ini. Apakah memang media pers sudah sedemikian jelinya mencari berita atau memang waktu dulu tidak pernah terjadi hal-hal seperti ini.
Asumsi memang kondisi seperti ini baru terjadi di tahun-tahun terakhir ini. Apakah memang sedemikian miskinnya rakyat Indonesia? Apakah semakin banyak pencari kesempatan dalam kesempitan? Karena sebagian dari pengantri daging kurban tidak berniat memasak dan memakan daging kurban jatahnya tersebut, tetapi menjualnya demi untuk membeli beras dan indomi yang cukup buat dimakan sebulan kedepan?
Jikalau benar rakyat miskin yang berhak mendapat daging kurban sedemikian besar jumlahnya, ada apa dengan negeri kita? Dimana ata diskon sepatu merek mahal pun kudu antri (tapi nggak pake ricuh), tapi antri daging kurban pun juga sedemikian hebohnya.
Kenapa panitia kurban tidak belajar kepada distributor crocs dan charkes n keith yg berhasil mengatur ribuan pengantri untuk membeli sepatu2 mahal itu dengan teratur, nyaman dan tisak menimbulkan korban?
Jikalau benar pencari kesempatan dalam kesempitan, yang antri dengan ayah, ibu, adik, kaka, bahkan anak, dan kemudian antri lagi di tempat lain dan di hari lain (kurban kan bisa sampe 3 hari ya?) Dan kalo keluarga itu dapet jatah sekantung daging masing2 dan sehari dapet daging di 2 tempat, kemudian selama 3 hari dapet daging terus, misal sekeluarga ada 4 orang antre, artinya satu kepala keluarga di lebaran kurban tahun ini akan mendapatkan 24 kantung daging yang bisa dibelikan 2 karung beras, 2 box indomi dan 2 kilo ikan asin yang bisa untuk makan sekeuarga 2 bulan.
regards,
Regina Lenggo
Sent from my BOLDBerry®
powered by Sinyal yg sementara ini paling KUAT