Jan 8, 2007

antara resepsi dan bisnis

resepsi pernikahan, dalam hal ini walimahan, kegiatan untuk mengumumkan upacara pernikahan memang perlu dana, seberapapun kecilnya, tetap perlu dana. karena maskawin juga hal yang wajib dan perlu dana juga.

dalam resepsi pernikahan moderen saat ini, sudah jarang orang memberikan bingkisan barang, yang sebenarnya bagi saya lebih menyenangkan menerima kado yg terbungkus daripada menerima uang (walo, alhamduilah tetep senenglah, kan lebih bermanfaat). tapi dasar mental TK masih lekat di bagian tertentu otak saya, dimana masih sangat exciting jika menerima sebungkus kado yg isinya belum saya ketahui.

dengan adanya bingkisan berupa amplop (beserta isinya) menjadi suatu hal yang biasa bagi sebagian orang yang membuat prosentase antara nilai bingkisan yang diterima dengan effort atau modal yang sudah dikeluarkan. dulu sih mungkin saya merasa ganjil waktu curhat ke seseorang teman akan mahalnya sebuah pesta pernikahan, dan jawaban teman saya itu adalah: tenang aja lo, ntar juga balik.

ntar juga balik... waktu itu sangat jauh rasanya dari pikiran saya yang sedang menabung bulan demi bulan dengan calon suami saya waktu itu. dimana kami berniat untukmembuat sebuah acara walimahan yang sesuai dengan keinginan kedua pihak orang tua/keluarga, dengan tujuan akhir adalah membahagiakan kelaurga kita semua. nggak ada dalam fikiran akan balik sekian persen.

dan saat ini setelah resepsi selesai dilaksanakan dan dengan, alhamdulilah, semua rizki yang diberikan Allah SWT melalui sahabat2 yang meluangkan waktu untuk mampir melihat kami mengucap janji dan dipajang :) , ada sebagian pihak yang masih membahas atau bahkan mungkin menyindir bahwa rizki yang diterima seharusnya bisa lebih banyak/berlipat jika volume tamu yang diundang lebih banyak.

pusing nggak sih mendengar komentar seperti itu dikala kami sedang mengumpulkan tenaga kembali setelah 2 bulan dalam tekanan :)

1 comment:

  1. Biasalah ... we share the same perspective :) - Don

    ReplyDelete