Sep 26, 2009

I love 100% Indonesia or Importnesia?

Satu tahun terakhir ini saya sering mengamati produk dalam negeri, terutama tas dan sepatu. Kebetulan juga saya pecinta tas dan sepatu, buatan mana saja tidak harus dalam negeri. Saya selalu melihat perubahan trend tas sepatu maupun dompet, baik dalam maupun luar negeri.

Kebetulan lagi saya punya beberapa buyer yang suka koleksi dan minta dicarikan tas. Yaaah bisalah disebut sebagai Miss Jinjing wannabe, hahaha. Dari tajur-ciomas-bogor, pik-jakarta, itc seantero jakarta, produk jogja, sidoarjo dan jelas kota saya sendiri Magetan, yang terkenal dengan jalan sawonya.

Tetapi ada yang membuat saya sedih, walau saya juga penyuka barang2 buatan cina, korea dan jepang, bahwa tempat2 yang saya sebutkan tadi justru lebih marak memajang barang2 impor dari cina-korea. Dan lebih parah lagi ya barang2 itu yang paling laku!

Saya berusaha memesan sandal kulit khas magetan yang sekarang sudah agak berwarna warni, pink dan cream, sebelumnya coklat melulu. Dan sangat sulit mendapat kejelasan kapan sandal itu diproduksi :(. Malah ditawari sandal its, jelas2 selama di jakarta saya jarang beli sendal itu :(. Begitupun tajur dan jogja, barang2 cina-korea kw 1, 2, 3 beraburan seiring banyaknya yang beli.

Kenapa produk lokal gak laku?
1. Tidak mau ikut/update tren model internasional. Jangan dipungkiri deh, untuk taste, jangan maksain selera lokal. Manusia punya rasa sendiri yang tidak bisa begitu saja di drive, kalo mau niat membangun industri craft yang menghasilkan duit, ya ikuti gelombang tren dong.

2. Terlalu tergantung pada kualitas bahan baku, sedangkan produsen bahan baku dengan sombongnya berkata: sejak dulu proses pembuatan bahan kulit yua begini ini, jangan terlalu sering, nanti tipis dan gampang sobek. Atau, namanya kulit ya begini ini mas, gak bisa selembut sutra, kalo mau gampang dibentuk ya bikin tas bahan kain aja. Blah blah blah. Mereka gk pernah masuk ke butik Tod's atau coach emang!

3. Wah nggak tau ya kapan mau bikin lagi, tukangnya lagi pulang kampung! Wah ya ini masalah standar, tidak punya perencanaan produksi, kapan bikin berapa. Doh!

Dan sebenarnya masih banyak lagi jawaban2 standar kalo kita menginginkan membeli produk dalam negeri tapi dengan kualitas yang kita maui. Malah mereka memaksa kita dengan kondisi produk mereka dengan jawaban: ini bagus loh mbak, cocok buat mbak, masak nyari yang gak ada?. Halah.


regards,

Regina Lenggo

Sent from my BOLDBerry®
powered by Sinyal yg sementara ini paling KUAT

No comments:

Post a Comment