Oct 19, 2004

Istri yg bekerja

mengapa istri bekerja?
- tuntutan ekonomi
- tuntutan pribadi (istri)
- mengisi waktu dengan aktifitas yang berkualitas (profit)

kehidupan rumah tangga setiap keluarga tidak semuanya sama secara materi. Ada sebagian keluarga masih memerlukan dukungan istri untuk menopang kebutuhan hidup keluarganya. Dalam keadaan ini, istri memang dituntut untuk bekerja. Dituntut oleh keadaan, oleh kebutuhan. Mau nggak mau harus bekerja, kalo nggak bekerja, banyak kebutuhan keluarga yang tidak terpenuhi. Apa bisa ini terjadi? Sangat bisa. Saat ini kebutuhan hidup bagi sebagian keluarga, baik di kota besar maupun di pedesaan, bisa jadi sangat tinggi. Kebutuhan susu buat bayi/balita, kebutuhan anak sekolah, biaya kesehatan, biaya-biaya lain yang mungkin belum terpenuhi misalnya untuk membayar kredit rumah tangga, dan lain-lain. Dalam hal ini memang penghasilan suami tidak cukup untuk membiayai itu semua, dalam kondisi apapun yang setiap keluarga berbeda.

Seorang wanita, dengan history pendidikannya kadang kala merasa punya sebuah "kewajiban" untuk membagi pengetahuannya, membagi kemampuan pendidikannya, atau membagi kemampuan profesinya untuk masyarakat. Bahasa kerennya: mengabdi. Ada sebuah sisi dari seseorang, dalam hal ini wanita, yang memiliki kemampuan yg lebih di satu atau lebih bidang, dimana menuntut untuk peng-aplikasi-an kemampuan tersebut. Lebih simpelnya, pasti ada keinginan untuk memanfaatkan apa yg sudah dia kuasai, bahkan mungkin sudah menjadi profesi. Disini cenderung kebutuhan akan penyaluran kompetensi dibutuhkan. Ada sebagian orang, dalam hal ini wanita, jika hal ini tidak dilakukan, ada hal2 yang secara psikologis "kurang". tidak menutup bahwa sebagian wanita tidak bermasalah jika kebutuhan akan penyaluran kompetensi ini tidak diperlukan, mengingat tidak semua wanita sama kebutuhannya.

Kadangkala seorang wanita yg sudah berkeluarga, dengan kondisi anak yang sudah tidak mandiri, yang sudah memiliki kesibukan sendiri, misal sekolah, aktifitas2 di luar sekolah, dan suami yang bekerja dengan office hour, dan kewajiban2 mengurus rumah yang mungkin suda di "outsource" kan, memiliki waktu sisa yang bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan sesuatu yang lebih bermanfaat, bermanfaat dari segi financial, maupun social. Dengan waktu luang yang maksimal 8 jam sehari, mungkin lebih, dibanding untuk berdiam di rumah, ngerumpi dengan tetangga, nonton sinetron, sebagian wanita akan merasa sebaiknya waktu kosong ini, dimana rumah sudah ada yg ngurus, anak-anak punya kesibukan, dan jam kerja suami, dimanfaatkan untuk melakukan sesuatu yg lebih usefull, profitable, berkualitas.

Kondisi2 di atas menggambarkan sebagian alasan mengapa seorang wanita, yang sudah berkeluarga, bekerja. Mengapa ada sisi seorang wanita ingin melakukan apa-apa yg menjadi keinginan bahkan kebutuhan jiwanya, yang tetap mengindahkan kewajiban2 dia sebagai ibu rumah tangga. Kadangkala sangat sulit untuk mengerti apa itu persamaan hak antara pria dan wanita, emansipasi, mengapa wanita perlu disamakan haknya dengan pria, mungkin sebagian pihak tidak mengerti isi hati dan pikiran seorang wanita dalam hal kebutuhan pikiran dan jiwanya seperti yg tersebut di atas.

No comments:

Post a Comment