pesta makan kepiting, coba tebak berapa ekor kepiting?...
Pisang Aroma, prapatan gegerkalong, bandung... bikin kangen bandung :(...
wajah-wajah dikala demo undang-undang ketenaga kerjaan...
photos taken by regina
edited by hopy
tulisan yang nggak perlu dibaca bagi: kaum fanatik, ekstrim, berpikiran dangkal, merasa benar sendiri, tidak terbuka akan perbedaan orang lain.
May 31, 2006
another Manager from Hell :) ...
jangan marah dong... ini kan bedah buku om... :P
membaca buku ini membuat aku jadi mengerti kenapa aku sering tekanan darah rendah dan migrain ringan :))
dan ini adalah tulisan sebagian pembaca buku ini seperti yang dia tuangkan di amazon.com...
You need this book!!, March 10, 2006
Reviewer: A. Lai (South San Francisco, CA USA) - See all my reviews
This is THE best book that I have read regarding the "art" of identifying and dealing with difficult people, esp. when those difficult people are your managers. For me as an independent contractor, this is particularly helpful not only in dealing with difficult clients, but also in recognizing them at the interview stage! I wish I'd had this book many years ago - it would have saved me a lot of stress and aggravation! Another note: the ideas and suggestions presented in this book are relevant not just to dealing with managers, but also to your relationships with co-workers, teachers, "friends", and family members. This is a book that everyone should read if there is just one difficult person in their life.
mo minjem bukunya? :)
membaca buku ini membuat aku jadi mengerti kenapa aku sering tekanan darah rendah dan migrain ringan :))
dan ini adalah tulisan sebagian pembaca buku ini seperti yang dia tuangkan di amazon.com...
You need this book!!, March 10, 2006
Reviewer: A. Lai (South San Francisco, CA USA) - See all my reviews
This is THE best book that I have read regarding the "art" of identifying and dealing with difficult people, esp. when those difficult people are your managers. For me as an independent contractor, this is particularly helpful not only in dealing with difficult clients, but also in recognizing them at the interview stage! I wish I'd had this book many years ago - it would have saved me a lot of stress and aggravation! Another note: the ideas and suggestions presented in this book are relevant not just to dealing with managers, but also to your relationships with co-workers, teachers, "friends", and family members. This is a book that everyone should read if there is just one difficult person in their life.
mo minjem bukunya? :)
Lagi kurang kerjaan neh :)
wah sudah lama aku nggak menulis disini, ini berarti ya emang gak sempet. di jam kantor nggak sempet, di luar jam kantor juga nggak sempet. maap yah buat para pembaca setia... :)
begitu banyak pemikirann yg nggak sempet tertuang di tulisan, walau pda dibawa kemana2 ternyata menulis itu memerlukan waktu kusus, dan sector di otak yang kusus nggak bisa di share dengan yang lain.
kadang kala saat berdiskusi dengan pihak lain, ada terlintas hal yang ingin ditulis, tapi apa daya, karena memandang sopan dan santun, aku cuma bisa membatin apa2 yg ingin aku tulis, karena kalo nggak, bisa di semprot ama si babe bos, dipikir nggak menghormati beliau (maap ya beh, bukan bermaksut tidak menghormati dikau, tapi apa daya, otak kreatif ku tidak bisa diatur kapan untuk berkrease dan kapan untuk diem, hihihi)
jadinya ya gini, blank sementara blog ku bulan ini, padahal... kalo semua yg terlintas di otakku langsung di syncronize kesini, wow... W.O.W!!!
tapi kadang aku kecewa, karena masih banyak pihak yang merasa bahwa dia adalah bagian dari posting2 aku :( ... very touching gak seh... jadi terharu... ternyata daya kreativitas bisa terbelenggu oleh birokrasi... hiks...
begitu banyak pemikirann yg nggak sempet tertuang di tulisan, walau pda dibawa kemana2 ternyata menulis itu memerlukan waktu kusus, dan sector di otak yang kusus nggak bisa di share dengan yang lain.
kadang kala saat berdiskusi dengan pihak lain, ada terlintas hal yang ingin ditulis, tapi apa daya, karena memandang sopan dan santun, aku cuma bisa membatin apa2 yg ingin aku tulis, karena kalo nggak, bisa di semprot ama si babe bos, dipikir nggak menghormati beliau (maap ya beh, bukan bermaksut tidak menghormati dikau, tapi apa daya, otak kreatif ku tidak bisa diatur kapan untuk berkrease dan kapan untuk diem, hihihi)
jadinya ya gini, blank sementara blog ku bulan ini, padahal... kalo semua yg terlintas di otakku langsung di syncronize kesini, wow... W.O.W!!!
tapi kadang aku kecewa, karena masih banyak pihak yang merasa bahwa dia adalah bagian dari posting2 aku :( ... very touching gak seh... jadi terharu... ternyata daya kreativitas bisa terbelenggu oleh birokrasi... hiks...
Early warning system... where are u? yuuhuuu...
Early warning system... where are u? yuuhuuu...
Sepertinya EWS (early warning system) ini sudah terdengar semenjak setelah terjadinya tsunami di aceh beberapa waktu yang lalu. Dan kini, setelah ada nya musibah gempa di yogya, setelah musibah-musibah lain diantara kedua kejadian itu, EWS juga hanya didengung-dengungkan saja. Apakah maksud dari EWS itu? Apakah sangat sulit untuk di-implementasikan?
Sungguh sangat disayangkan, hari gini masih aja pihak-pihak tertentu saling menunjuk, siapa seharusnya yang memprakarsai EWS ini. Sampai ada musibah lagi, paling hanya saling tunjuk aja yang dilakukan dalam rangka mewujudkan apa yang disebut-sebut dengan EWS ini. Ini menunjukkan bahwa tidak ada pihak yang legowo untuk memprakarsai sebagai coordinator untuk merangkul pihak-pihak terkait untuk mewujudkan EWS ini. Atau mungkin juga, hal ini menunjukkan bahwa nggak ada yang tau apa yang dimaksud dengan EWS? Lebih parah...
Malah yang membuat sebagian masyarakat bingung, ada pihak yang mengatakan bahwa pihak yang sudah melaksanakan EWS dengan baik adalah pihak media, baik cetak maupun televisi (dikutip dari dialog TVRI pukul 14.00 wib, minggu 28 mei 06). Tapi apakah benar media itu memiliki EWS? Mungkin yg benar adalah, media tersebut dapat dijadikan partner untuk sosialisasi EWS dan proses pelaksanaan EWS itu sendiri. Apakah berita mengenai musibah tepat sekian detik setelah musibah itu terjadi, dinamakan EWS? Tentu tidak, karena namanya jadi LWS, late warning system, atau DBS, disaster broadcast system, yang mungkin membuat sebagian pihak yang harusnya sudah tau akan gejala musibah ini, terbangun pada pukul 6 pagi karena ada sebuah stasiun televisi menyiarkan musibah ini walau hanya berupa suara dan teks, visualisasi dari lokasi kejadian belum ter-submit.
Apa sebenarnya EWS itu? Sesuai dengan judulnya, early warning system adalah...
Sangat jelas sebenarnya apa misi dari EWS ini, dan akan sangat baik hasilnya jika EWS ini sudah ada dan dengan prosedur yang tepat. Tidak dipungkiri bahwa EWS ini mengaitkan banyak pihak secara seimbang, semua harus berkontribusi, dan semua bertanggungjawab. Tinggal sekarang, siapa yang akan memprakarsai pembangunan EWS ini?
Mungkin ada pihak yang langsung mengkalkulasi, sekian rupiah yang akan dihabiskan untukmembangun sebuah EWS yang handal. Tidak salah memang, tapi apakah EWS ini harus dibangun tuntas dalam satu kurun waktu? Tentunya tidak. EWS sangat luas bidangnya, dan dapat dilakukan step by step, dari lingkaran terkecil dan dengan memudahkan pembangunan interface antara lingkaran-lingkaran tadi. Tetaplah sebuah gambaran besar EWS harus sudah ada. Roadmap EWS harus sudah ada dan dimengerti oleh pihak-pihak yang terkait, dan mereka mengetahui, which part, yang harus mereka wajib kerjakan. Semua bisa dilakukan, jika ada niat dan perencanaan serta control yang baik.
EWS tidak hanya untuk musibah bencana alam, system ini adalah sebuah warning, pemberitahuan dini akan suatu kejadian yang di prediksikan sekian persen akan segera terjadi dan berikut solusinya, yang dubutuhkan juga untuk hal-hal gawat darurat lain misalkan akan adanya kerusuhan, serangan dari pihak lain, hancurnya bangunan yang mengakibatkan kerusakan bangunan di sekitarnya, terorisme dan masih banyak hal lain yang dapat diminimalis kerusakannya dengan adanya system ini.
Sepertinya EWS (early warning system) ini sudah terdengar semenjak setelah terjadinya tsunami di aceh beberapa waktu yang lalu. Dan kini, setelah ada nya musibah gempa di yogya, setelah musibah-musibah lain diantara kedua kejadian itu, EWS juga hanya didengung-dengungkan saja. Apakah maksud dari EWS itu? Apakah sangat sulit untuk di-implementasikan?
Sungguh sangat disayangkan, hari gini masih aja pihak-pihak tertentu saling menunjuk, siapa seharusnya yang memprakarsai EWS ini. Sampai ada musibah lagi, paling hanya saling tunjuk aja yang dilakukan dalam rangka mewujudkan apa yang disebut-sebut dengan EWS ini. Ini menunjukkan bahwa tidak ada pihak yang legowo untuk memprakarsai sebagai coordinator untuk merangkul pihak-pihak terkait untuk mewujudkan EWS ini. Atau mungkin juga, hal ini menunjukkan bahwa nggak ada yang tau apa yang dimaksud dengan EWS? Lebih parah...
Malah yang membuat sebagian masyarakat bingung, ada pihak yang mengatakan bahwa pihak yang sudah melaksanakan EWS dengan baik adalah pihak media, baik cetak maupun televisi (dikutip dari dialog TVRI pukul 14.00 wib, minggu 28 mei 06). Tapi apakah benar media itu memiliki EWS? Mungkin yg benar adalah, media tersebut dapat dijadikan partner untuk sosialisasi EWS dan proses pelaksanaan EWS itu sendiri. Apakah berita mengenai musibah tepat sekian detik setelah musibah itu terjadi, dinamakan EWS? Tentu tidak, karena namanya jadi LWS, late warning system, atau DBS, disaster broadcast system, yang mungkin membuat sebagian pihak yang harusnya sudah tau akan gejala musibah ini, terbangun pada pukul 6 pagi karena ada sebuah stasiun televisi menyiarkan musibah ini walau hanya berupa suara dan teks, visualisasi dari lokasi kejadian belum ter-submit.
Apa sebenarnya EWS itu? Sesuai dengan judulnya, early warning system adalah...
sesuatu kumpulan dari beberapa komponen yang dapat mendeteksi, mengkoordinasikan dengan pihak terkait, sehingga memilihkan opsi antisipasi, penanganan, penanggulangan, hingga recovery dari semua hal yang terkena dampak atau menjadi korban musibah, dan memberikan report dari poin-poin tersebut sebelumnya tadi, sehingga informasi dari sebelum, tepat sesudah dan sesudah musibah terjadi akan di-deliver dengan baik dan sampai kepada pihak yang tepat, yang pada akhirnya diharapkan dapat me-minimize korban, kerusakan dan trauma dari semua pihak.
Sangat jelas sebenarnya apa misi dari EWS ini, dan akan sangat baik hasilnya jika EWS ini sudah ada dan dengan prosedur yang tepat. Tidak dipungkiri bahwa EWS ini mengaitkan banyak pihak secara seimbang, semua harus berkontribusi, dan semua bertanggungjawab. Tinggal sekarang, siapa yang akan memprakarsai pembangunan EWS ini?
Mungkin ada pihak yang langsung mengkalkulasi, sekian rupiah yang akan dihabiskan untukmembangun sebuah EWS yang handal. Tidak salah memang, tapi apakah EWS ini harus dibangun tuntas dalam satu kurun waktu? Tentunya tidak. EWS sangat luas bidangnya, dan dapat dilakukan step by step, dari lingkaran terkecil dan dengan memudahkan pembangunan interface antara lingkaran-lingkaran tadi. Tetaplah sebuah gambaran besar EWS harus sudah ada. Roadmap EWS harus sudah ada dan dimengerti oleh pihak-pihak yang terkait, dan mereka mengetahui, which part, yang harus mereka wajib kerjakan. Semua bisa dilakukan, jika ada niat dan perencanaan serta control yang baik.
EWS tidak hanya untuk musibah bencana alam, system ini adalah sebuah warning, pemberitahuan dini akan suatu kejadian yang di prediksikan sekian persen akan segera terjadi dan berikut solusinya, yang dubutuhkan juga untuk hal-hal gawat darurat lain misalkan akan adanya kerusuhan, serangan dari pihak lain, hancurnya bangunan yang mengakibatkan kerusakan bangunan di sekitarnya, terorisme dan masih banyak hal lain yang dapat diminimalis kerusakannya dengan adanya system ini.
May 7, 2006
sok keminter, dalam bekerja
pernah nggak sih (kayaknya pasti pernah deh) menghadapi orang yang keminter (sok pinter, padahal kadang emang pinter tapi di lebih-lebih kan dan lebih diperlihatkan kepintarannya) dalam bekerja?
makin pinter emang makin bagus kalo dia bisa menuangkan kepintarannya menjadi efektifitas dan hasilguna dalam bekerja, apalagi bisa ditularkan ke rekan atau subordinat dia di tempat bekerja. wah top deh kalo begitu.
namun kadangkala ada hal yg annoying banget dari si sok keminter dalam bekerja ini. kadangkala semua pekerjaan kita serasa salah di mata dia. ya tiada gading yang tak retak lah, pasti ada kurang2nya di pekerjaan kita, namun tidak berarti salah kan? tapi teteap aja di mata dia salah. wong dia perfeksionis.
sing waras ngalah lah, sing bodo yo ngalah wae...
makin pinter emang makin bagus kalo dia bisa menuangkan kepintarannya menjadi efektifitas dan hasilguna dalam bekerja, apalagi bisa ditularkan ke rekan atau subordinat dia di tempat bekerja. wah top deh kalo begitu.
namun kadangkala ada hal yg annoying banget dari si sok keminter dalam bekerja ini. kadangkala semua pekerjaan kita serasa salah di mata dia. ya tiada gading yang tak retak lah, pasti ada kurang2nya di pekerjaan kita, namun tidak berarti salah kan? tapi teteap aja di mata dia salah. wong dia perfeksionis.
sing waras ngalah lah, sing bodo yo ngalah wae...
Manager from HELL
You're not the only one who understands you're working with the manager from hell.
I discovered that everyone recognized the same not-so-wonderful incompetence in that manager that I did. More importantly, I was able to observe their interactions to determine what worked well and what did not. It doesn't mean I gossiped about the situation or the manager with my co-workers. Instead, I listened and learned from their encounters. *)
The behavior of the manager from hell is not a reflection of your professionalism.
In the case of the tantrum-throwing manager, she was the one who appeared foolish and incompetent – not me. Your challenge is to perform despite their lack of professionalism. You have a true opening to practice your skill as a communicator, facilitator, problem-solver and leader. Yours in an excellent opportunity to showcase your composure, competence and capability.*)
----
kadang di dalam suasana bekerja, kita dihadapkan oleh hal-hal yang menjengkelkan dan membuat tidak nyaman, walau sebenarnya kondisi ini adalah sebuah training, sebuah course untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mental saat bekerja, sangat bermanfaat sekali.
tapi jika hal-hal yang menjengkelkan tersebut menjadi sebuah hal yang selalu terjadi, menjadi sebuah rutinitas, oh my god, am i a man in the right place? sampai kapankah cobaan ini berakhir? sampai kapankah training ketahanan mental ini akan berlangsung? selalu diimpikan tes akhir dari seluruh cobaan ini, dan kita nggak peduli hasilnay mau failed atau sukses.
hhhhh... sabarrrr... sabarrrrr....
*) taken from: http://www.leader-values.com
I discovered that everyone recognized the same not-so-wonderful incompetence in that manager that I did. More importantly, I was able to observe their interactions to determine what worked well and what did not. It doesn't mean I gossiped about the situation or the manager with my co-workers. Instead, I listened and learned from their encounters. *)
The behavior of the manager from hell is not a reflection of your professionalism.
In the case of the tantrum-throwing manager, she was the one who appeared foolish and incompetent – not me. Your challenge is to perform despite their lack of professionalism. You have a true opening to practice your skill as a communicator, facilitator, problem-solver and leader. Yours in an excellent opportunity to showcase your composure, competence and capability.*)
----
kadang di dalam suasana bekerja, kita dihadapkan oleh hal-hal yang menjengkelkan dan membuat tidak nyaman, walau sebenarnya kondisi ini adalah sebuah training, sebuah course untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mental saat bekerja, sangat bermanfaat sekali.
tapi jika hal-hal yang menjengkelkan tersebut menjadi sebuah hal yang selalu terjadi, menjadi sebuah rutinitas, oh my god, am i a man in the right place? sampai kapankah cobaan ini berakhir? sampai kapankah training ketahanan mental ini akan berlangsung? selalu diimpikan tes akhir dari seluruh cobaan ini, dan kita nggak peduli hasilnay mau failed atau sukses.
Whether your manager is unreasonably demanding or they are apparently incompetent or they have no people skills, it can feel like you’re working with the manager from hell! As tough as it sounds, your task is to focus on getting your job done…period.*)
hhhhh... sabarrrr... sabarrrrr....
*) taken from: http://www.leader-values.com
menjadi duda?
mendadak dalam waktu yang nggak begitu lama, beberapa teman tiba-tiba (baru dengar) menjadi duda, atau dalam proses mau menjadi duda. fenomena apakah ini? bukan fenomena apa-apa, karena ya begitulah hidup, ada lahir ada mati, ada kawin ada cerai. tapi kadang2 kok nggak dinyana beberapa teman lingkaran terdekat memutuskan untuk mengunjungi tempat yang aku anggap paling jahanam sedunia, yaitu pengadilan.
ada di antara mereka yang bercurhat, bagaimana ya nanti hidupku setelah menduda? apakah akan semakin bahagia? keputusan untuk menjalani hidup sebagai duda adalah keputusan yang terakhir, setelah segala daya dan upaya sudah dilakukan, ini untuk sebagian kasus, walo ada juga kasus dimana dia emang kepengen menjadi duda supaya bisa bebas, itu lain cerita.
cukup bersyukur juga bahwa sebagian besar dari mereka sangat sadar akan kewajibannya sebagai seorang ayah yang harus menuda sehingga dia tetap harus berekwajiban untuk memberi nafkan untuk anaknya, walo hak perwalian anaknya jatuh ke mantan istrinya. salut, dan turut bahagia kepada para mantan istri yang cukup berbahagia tetap mendapatkan nafkah dari mantan suaminya. sebagai wanita, pandai2lah dalam hal ini, tuntutlah hak itu demi kehidupan yang baik.
walau tetap ada sebagian yang menyatakan putus hubungan sama sekali setelah bercerai, dan nafkah untuk anaknya secukupnya saja sebagai upaya untuk mengambil kembali hak perwalian anak tersebut.
cukup complicated bukan? makanya jangan bercerai. ribet. sampai kapan anda tahan dengan kondisi demikian? kalau memang tidak ada niatan untuk menikah lagi, ya its ok, its good, menjalankan kewajiban yang sedemikian mulia nya. tapi jika menikah lagi dan memiliki tanggung jawab lain di keluarga baru, menjadi sebuah hal yang lebih complicated lagi karena dia harus me-manage nafkah dan membesar2kan hati istri barunya supaya legowo dalam menerima karunia tuhan berupa suami yang sudah tidak lengkap lagi, karena ada hal lain yang tetap harus dia perhatikan selain dia (istrinya).
ada di antara mereka yang bercurhat, bagaimana ya nanti hidupku setelah menduda? apakah akan semakin bahagia? keputusan untuk menjalani hidup sebagai duda adalah keputusan yang terakhir, setelah segala daya dan upaya sudah dilakukan, ini untuk sebagian kasus, walo ada juga kasus dimana dia emang kepengen menjadi duda supaya bisa bebas, itu lain cerita.
cukup bersyukur juga bahwa sebagian besar dari mereka sangat sadar akan kewajibannya sebagai seorang ayah yang harus menuda sehingga dia tetap harus berekwajiban untuk memberi nafkan untuk anaknya, walo hak perwalian anaknya jatuh ke mantan istrinya. salut, dan turut bahagia kepada para mantan istri yang cukup berbahagia tetap mendapatkan nafkah dari mantan suaminya. sebagai wanita, pandai2lah dalam hal ini, tuntutlah hak itu demi kehidupan yang baik.
walau tetap ada sebagian yang menyatakan putus hubungan sama sekali setelah bercerai, dan nafkah untuk anaknya secukupnya saja sebagai upaya untuk mengambil kembali hak perwalian anak tersebut.
cukup complicated bukan? makanya jangan bercerai. ribet. sampai kapan anda tahan dengan kondisi demikian? kalau memang tidak ada niatan untuk menikah lagi, ya its ok, its good, menjalankan kewajiban yang sedemikian mulia nya. tapi jika menikah lagi dan memiliki tanggung jawab lain di keluarga baru, menjadi sebuah hal yang lebih complicated lagi karena dia harus me-manage nafkah dan membesar2kan hati istri barunya supaya legowo dalam menerima karunia tuhan berupa suami yang sudah tidak lengkap lagi, karena ada hal lain yang tetap harus dia perhatikan selain dia (istrinya).
ngomongin tentang horny dan wanita
aku sempet kaget, ada yg komentar: "wanita apaan sih kok sampe horny?" ya ampun, jadi untuk menjadi wanita "baik-baik" itu nggak boleh horny?
kembali ke arti kata horny (terangsang):
Adj. 1. hornyhorny - feeling great sexual desire; "feeling horny"
sinonim: randy, ruttish, turned on, aroused
manusia adalah ciptaan tuhan yang tiada tara istimewanya, dan juga tiada tara lengkapnya, sampe urusan terangsang (atau dalam tulisan saya lebih mudah untuk dicerna dengan kata "horny") itu bukan kesalahan teknis pada saat penciptaan sesosok manusia. sexual desire adalah kelengkapan yang diberikan pada manusia, dan wanita pun juga dilengkapi oleh atribut itu.
wanita juga manusia kan? seandainya seorang wanita dari kecil sampe dewasa berada dalam suatu tempat dimana tidak ada mahluk hidup, dia tidak pernah mengenal manusia lain, apakah dia nggak bakal horny? aku yakin dia tetap horny, karena apa? manusia diberikan otak, akal dan daya pikir, dia pasti belajar dan mengexplore lingkungannya dan pasti mengexplore dirinya sendiri. suatu ketika dia mengexplore tubuhnya dan menyentuh bagian2 tertentu tubuhnya, dan dia merasa sensasi lain, bukankah itu juga disebut horny? walo dia nggak tau kemana tujuan perasaan itu karena tidak pernah mengenal manusia lain?
begitu juga dengan wanita pada umumnya, se-menjaga menjaga pandangan-nya dia, gk mungkin nggak pernah horny. pasti pernah walo sebentar dan langsung dilupakannya perasaan itu. walo dia nggak pernah memandang (secara langsung, melirik kali ye?) pria dan bagian2 tubuh tertentu pria, dan memandang / membaca tulisan, suara atau rekaman suara, film atau yang dapat disamakan dengan film, syair lagu, puisi, gambar, foto, dan/atau lukisan yang mengeksploitasi daya tarik aktivitas orang dalam berhubungan seks atau melakukan aktivitas yang mengarah pada hubungan seks dengan pasangan berlawanan jenis (ngutip sebuah pasal di RUU APP), nggak mungkin nggak pernah merasakan horny. jadi horny tidak selalu ada hubungan secara langsung dengan kegiatan menjaga pandangan mata.
dan yang pasti, horny tidak ada hubungannya dengan kualitas wanita itu apakah dia wanita baik-baik atau bukan. karena horny adalah perasaan ciptaan tuhan yang diberikan kepada manusia. dan seharusnya manusia yang baik-baik akan bisa me-manage perasaan horny ini supaya dapat tertangani dengan baik. caranya bagaimana? ikuti norma dan tatacara serta keyakinan yang dipegang masing-masing personal.
PEACE!!!
kembali ke arti kata horny (terangsang):
Adj. 1. hornyhorny - feeling great sexual desire; "feeling horny"
sinonim: randy, ruttish, turned on, aroused
manusia adalah ciptaan tuhan yang tiada tara istimewanya, dan juga tiada tara lengkapnya, sampe urusan terangsang (atau dalam tulisan saya lebih mudah untuk dicerna dengan kata "horny") itu bukan kesalahan teknis pada saat penciptaan sesosok manusia. sexual desire adalah kelengkapan yang diberikan pada manusia, dan wanita pun juga dilengkapi oleh atribut itu.
wanita juga manusia kan? seandainya seorang wanita dari kecil sampe dewasa berada dalam suatu tempat dimana tidak ada mahluk hidup, dia tidak pernah mengenal manusia lain, apakah dia nggak bakal horny? aku yakin dia tetap horny, karena apa? manusia diberikan otak, akal dan daya pikir, dia pasti belajar dan mengexplore lingkungannya dan pasti mengexplore dirinya sendiri. suatu ketika dia mengexplore tubuhnya dan menyentuh bagian2 tertentu tubuhnya, dan dia merasa sensasi lain, bukankah itu juga disebut horny? walo dia nggak tau kemana tujuan perasaan itu karena tidak pernah mengenal manusia lain?
begitu juga dengan wanita pada umumnya, se-menjaga menjaga pandangan-nya dia, gk mungkin nggak pernah horny. pasti pernah walo sebentar dan langsung dilupakannya perasaan itu. walo dia nggak pernah memandang (secara langsung, melirik kali ye?) pria dan bagian2 tubuh tertentu pria, dan memandang / membaca tulisan, suara atau rekaman suara, film atau yang dapat disamakan dengan film, syair lagu, puisi, gambar, foto, dan/atau lukisan yang mengeksploitasi daya tarik aktivitas orang dalam berhubungan seks atau melakukan aktivitas yang mengarah pada hubungan seks dengan pasangan berlawanan jenis (ngutip sebuah pasal di RUU APP), nggak mungkin nggak pernah merasakan horny. jadi horny tidak selalu ada hubungan secara langsung dengan kegiatan menjaga pandangan mata.
dan yang pasti, horny tidak ada hubungannya dengan kualitas wanita itu apakah dia wanita baik-baik atau bukan. karena horny adalah perasaan ciptaan tuhan yang diberikan kepada manusia. dan seharusnya manusia yang baik-baik akan bisa me-manage perasaan horny ini supaya dapat tertangani dengan baik. caranya bagaimana? ikuti norma dan tatacara serta keyakinan yang dipegang masing-masing personal.
PEACE!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)