May 31, 2006

Early warning system... where are u? yuuhuuu...

Early warning system... where are u? yuuhuuu...

Sepertinya EWS (early warning system) ini sudah terdengar semenjak setelah terjadinya tsunami di aceh beberapa waktu yang lalu. Dan kini, setelah ada nya musibah gempa di yogya, setelah musibah-musibah lain diantara kedua kejadian itu, EWS juga hanya didengung-dengungkan saja. Apakah maksud dari EWS itu? Apakah sangat sulit untuk di-implementasikan?

Sungguh sangat disayangkan, hari gini masih aja pihak-pihak tertentu saling menunjuk, siapa seharusnya yang memprakarsai EWS ini. Sampai ada musibah lagi, paling hanya saling tunjuk aja yang dilakukan dalam rangka mewujudkan apa yang disebut-sebut dengan EWS ini. Ini menunjukkan bahwa tidak ada pihak yang legowo untuk memprakarsai sebagai coordinator untuk merangkul pihak-pihak terkait untuk mewujudkan EWS ini. Atau mungkin juga, hal ini menunjukkan bahwa nggak ada yang tau apa yang dimaksud dengan EWS? Lebih parah...

Malah yang membuat sebagian masyarakat bingung, ada pihak yang mengatakan bahwa pihak yang sudah melaksanakan EWS dengan baik adalah pihak media, baik cetak maupun televisi (dikutip dari dialog TVRI pukul 14.00 wib, minggu 28 mei 06). Tapi apakah benar media itu memiliki EWS? Mungkin yg benar adalah, media tersebut dapat dijadikan partner untuk sosialisasi EWS dan proses pelaksanaan EWS itu sendiri. Apakah berita mengenai musibah tepat sekian detik setelah musibah itu terjadi, dinamakan EWS? Tentu tidak, karena namanya jadi LWS, late warning system, atau DBS, disaster broadcast system, yang mungkin membuat sebagian pihak yang harusnya sudah tau akan gejala musibah ini, terbangun pada pukul 6 pagi karena ada sebuah stasiun televisi menyiarkan musibah ini walau hanya berupa suara dan teks, visualisasi dari lokasi kejadian belum ter-submit.

Apa sebenarnya EWS itu? Sesuai dengan judulnya, early warning system adalah...
sesuatu kumpulan dari beberapa komponen yang dapat mendeteksi, mengkoordinasikan dengan pihak terkait, sehingga memilihkan opsi antisipasi, penanganan, penanggulangan, hingga recovery dari semua hal yang terkena dampak atau menjadi korban musibah, dan memberikan report dari poin-poin tersebut sebelumnya tadi, sehingga informasi dari sebelum, tepat sesudah dan sesudah musibah terjadi akan di-deliver dengan baik dan sampai kepada pihak yang tepat, yang pada akhirnya diharapkan dapat me-minimize korban, kerusakan dan trauma dari semua pihak.

Sangat jelas sebenarnya apa misi dari EWS ini, dan akan sangat baik hasilnya jika EWS ini sudah ada dan dengan prosedur yang tepat. Tidak dipungkiri bahwa EWS ini mengaitkan banyak pihak secara seimbang, semua harus berkontribusi, dan semua bertanggungjawab. Tinggal sekarang, siapa yang akan memprakarsai pembangunan EWS ini?

Mungkin ada pihak yang langsung mengkalkulasi, sekian rupiah yang akan dihabiskan untukmembangun sebuah EWS yang handal. Tidak salah memang, tapi apakah EWS ini harus dibangun tuntas dalam satu kurun waktu? Tentunya tidak. EWS sangat luas bidangnya, dan dapat dilakukan step by step, dari lingkaran terkecil dan dengan memudahkan pembangunan interface antara lingkaran-lingkaran tadi. Tetaplah sebuah gambaran besar EWS harus sudah ada. Roadmap EWS harus sudah ada dan dimengerti oleh pihak-pihak yang terkait, dan mereka mengetahui, which part, yang harus mereka wajib kerjakan. Semua bisa dilakukan, jika ada niat dan perencanaan serta control yang baik.

EWS tidak hanya untuk musibah bencana alam, system ini adalah sebuah warning, pemberitahuan dini akan suatu kejadian yang di prediksikan sekian persen akan segera terjadi dan berikut solusinya, yang dubutuhkan juga untuk hal-hal gawat darurat lain misalkan akan adanya kerusuhan, serangan dari pihak lain, hancurnya bangunan yang mengakibatkan kerusakan bangunan di sekitarnya, terorisme dan masih banyak hal lain yang dapat diminimalis kerusakannya dengan adanya system ini.

1 comment:

  1. Anonymous17 June, 2006

    hmm....jd inget sama obrolan di tengah seminar di shangrila...., kira2 duluan mana ya sm blog versionnya....??? :P -bt-

    ReplyDelete